Blogger Perempuan
Ulfa Khairina | Find The Oliversity Through Your Chapter
Ulfa Khairina | Find The Oliversity Through Your Chapter

Tips Mengatasi Miskomunikasi dalam Hubungan Sehari-Hari

Miskomunikasi sering terjadi dalam interaksi sosial. Beberapa cara untuk mengatasi miskomunikasi dapat menjadi rujukan bagi komunikator.

Pernahkah kamu mendengar istilah miskomunikasi? Ya, tentu saja pernah. Ternyata miskomunikasi ini memang sangat rentan kita hadapi. Bisa saja itu terjadi pada kita atau saat kita mencoba mendengarkan dan memahami orang lain. Namanya makhluk sosial, tentu saja miskomunikasi bagian dari feedback yang kita dapatkan dalam kesempatan berinteraksi dengan orang lain.

Well, nggak selalu ada miskomunikasi. Apalagi jika kita adalah komunikator yang efektif dan penuh pertimbangan. Miskomunikasi satu hambatan yang bisa diatasi dengan mudah, kok. Lantas bagaimana?


Miskomunikasi
Hambatan dalam komunikasi bisa terjadi pada siapa saja. [Photo: Pexels]


Apa Itu Miskomunikasi?

Miskomunikasi merupakan kegagalan berkomunikasi secara efektif. Penyebabnya ada berbagai macam, salah satunya karena seseorang nggak bisa menyampaikan pesan dalam benaknya. Akibatnya orang lain juga gagal menangkap maksud yang ingin disampaikan.

Sederhananya begini, kita sendiri susah mau ngomong apa kepada siapa. Gimana orang lain mau nangkap apa yang kita maksud. Akhirnya interpretasinya kemana-mana. Makanya masalah sering terjadi karena adanya miskomunikasi ini.

Meskipun miskomunikasi ini sesuatu yang wajar dalam hidup, tapi sebaiknya memang jangan dibiasakan. Dalam pergaulan, kebiasaan miskomunikasi bakalan berdampak dari relasi pertemanan. Duh, kebayang nggak sih dijauhin Cuma karena nggak cakap berkomunikasi. Orang yang sering miskomunikasi biasanya akan dijauhkan oleh rekannya. Bagaimana nggak, soalnya setiap berteman salah melulu. Ujung-ujungnya nggak enakan.

Tips Mengatasi Miskomunikasi

Jika kamu adalah komunikator (orang) yang sering melakukan miskomunikasi, ini saatnya memperbaiki cara berkomunikasi. Mulai dari hal kecil yang bisa dilakukan, latih, dan konsisten. Berikut ini beberapa tips untuk mengatasi miskomunikasi dalam hubungan keseharian.

(1). Dengarkan dengan Aktif

Saat kita sedang berhadapan dengan masalah, tak jarang badan di depan orang yang kita ajak bicara tetapi pikiran entah dimana. Jika sedang ada masalah, baiknya hindari dulu ngobrolin hal-hal serius dengan orang lain. Apalagi jika itu urusan bisnis. Wah, bisa berabe.

Nah, jika dalam kondisi normal. Sata berkomunikasi dengan orang lain, lakukan komunikasi dua arah. Jangan cuma mendengarkan untuk merespon seolah membenarkan apa yang lawan ungkapkan. Fokus juga pada pesan lawan bicara.

Nggak ada salahnya kok untuk melibatkan komunikasi nonverbal saat berkomunikasi. Misalnya saja dengan menjaga kontak mata, mengangukkan kepala, atau menunjukkan ekspresi wajah yang mendukung.  Pelibatan komunikasi nonverbal akan memberikan efek lebih baik saat berkomunikasi.

Tidak ada salahnya juga membuat kesimpulan atau memparafrase apa yang didengar untuk memastikan pemahaman. Apalagi urusan yang disampaikan lumayan serius, ya.

(2). Jangan Asumsi, Tanyakan!

Sebagai manusia yang malas membeo kalimat orang lain, seringnya kita langsung membuat asumsi dari apa yang sudah kita dengar. Jangan ya, dek, ya! Tanyakan apa yang dia maksudkan. Apakah sudah sama denga napa yang kita pahami?


Komunikasi ibu dan anak
Asumsi dapat menimbulkan miskomunikasi. [Photo: Pexels/Eren Li]

Informasi tidak jelas yang kita terima bisa saja salah. Asumsi akan memperkeruh suasana dan membuat miskomunikasi sebagai masalah. Tanyakan tanpa menyinggung. Bisa saja fokus lawan bicara sedang tidak pas, salah bertanya juga akan berabe.

Memilih pertanyaan terbuka untuk bertanya adalah satu jalan terbaik untuk menjaga tidak terjadinya miskomunikasi. Misalnya dengan pertanyaan, “apa maksud kamu dengan itu?”. Bisa juga mengunakan kalimat untuk mengulang seperi, “bisa jelasin lagi nggak?”

(3). Gunakan Bahasa yang Jelas

Bahasa yang jelas bahasa yang umum digunakan dalam interaksi. Jangan menggunakan istilah kalau tidak dipahami oleh lawan bicara. Kesalahan memahami istilah akan berakibat fatal dan gampang memicu miskomunikasi, lho. Gunakan bahasa yang jelas dan saling dipahami antara komunikator dan komunikan atau si pembicara dan si pendengar.

Hindari menggunakan jargon yang hanya dimengerti oleh kalangan atau pengikut tim tertentu. Bahasa yang terlalu banyak jargon akan membuat lawan bicara kebingungan meskipun di kelompok tertentu sering digunakan. Pesan yang disampaikan sebaiknya sederhana dan langsung ke intinya. Jangan bertele-tele.

(4). Perhatikan Bahasa Tubuh

Bahasa tubuh, atau dalam istilah komunikasi sering disebut juga dengan komunikasi nonverbal. Bahasa tubuh dalam berbicara seringkali mengirimkan sinyal berbeda dengan apa yang ingin kita sampaikan secara verbal. Perhatikan bahasa tubuh saat berkomunikasi. Jangan sampai niat hati ingin berkata iya, tapi bahasa tubuh yang kita tunjukkan justru menunjukkan bahwa kita tidak ingin.

Bahasa tubuh, ekspresi wajah, bahkan intonasi suara harus dipastikan agar sesuai denga napa yang ingin sampaikan. Miskomunikasi sering muncul saat kita salah mengirimkan bahasa tubuh pada lawan bicara, lho.

(5). Berikan Waktu Untuk Berpikir

Setelah menyampaikan pesan atau berbicara dengan lawan bicara, tentu saja kita ingin mendapatkan umpan balik atau respon dari lawan bicara. Setelah berbicara, jangan langsung meminta lawan bicara untuk memberi respon. Berikan waktu untuk berpikir. Lawan bicara membutuhkan waktu untuk mencerna apa yang kita sampaikan. Apalagi kalau informasi yang kita sampaikan penting.

Satu hal lagi yang paling penting dalam berkomunikasi. Jangan berbicara saat sedang emosi. Berbicara saat emosi bisa menyebabkan kesalahpahaman antara Teman Belajar dan lawan bicara. Diam dulu, tarik napas, dan pikirkan apakah pesan yang ingin disampaikan tepat disampaikan atau tidak.

(6). Gunakan ‘Aku’ Daripada ‘Kamu’

Menggunakan kata ganti orang sangat penting dalam berkomunikasi. Salah menggunakan kata ganti orang bisa menyebabkan miskomunikasi juga, lho. Terutama saat menegur atau memberi saran. Gunakan kata ganti “aku” daripada “kamu” untuk menghindari lawan bicara dipojokkan atau disalahkan.

Misalnya saja Ketika kita sudah lelah berbicara tapi lawan bicara mengabaikan. Teman Belajar bisa menggunakan kalimat, “aku merasa diabaikan saat membahas rencana belajar kita semester ini.” Ini jauh lebih baik dibandingkan dengan kalimat, “kamu selalu mengabaikan aku saat aku berbicara.”

Coba Teman Belajar renungkan, mana yang lebih enak kedengarannya? Apa yang Teman Belajar rasakan juga dirasakan oleh lawan bicara, lho.

(7). Hindari Multitasking

Salah satu etika dalam berkomunikasi adalah mendengarkan. Multitasking bukan etika yang menyenangkan saat berkomunikasi. Fokus mendengarkan, bukan sambil melakukan hal lain.


Komunikasi intrapersonal
Jangan multitasking saat sedang mendengarkan lawan bicara berkomunikasi. [Photo: Pexels]


Memang benar, multitasking itu bagus tapi tidak semua tepat dilakukan dalam segala situasi. Ketika Teman Belajar sedang mendengarkan seseorang berbicara, fokus pada apa yang disampaikan. Multitasking juga menjadi penyebab miskomunikasi, lho. Kita sering terlewatkan kalimat yang disampaikan oleh lawan bicara.

Akan lebih baik juga Ketika Teman Belajar sedang berkomunikasi serius dengan seseorang, perangkat elektronik termasuk ponsel dimatikan. Mematikan perangkat elektronik akan meningkatkan fokus dan menghindarkan komunikasi dengan lawan bicara. Sehingga saat berbincang orang lain akan terhindar dari gangguang telepon dan distraksi lainnya.

(8). Jaga Intonasi dan Nada Suara

Nada suara atau intonasi akan mengubah makna pesan. Saat lelah, terkadang manusia cenderung menjawab dengan ketus. Meskipun tidak berniat untuk menjawab ketus, tapi respon yang diterima oleh pendengar akan berbeda maknanya. Miskomunikasi kerap terjadi karena tidak menjada intonasi dan nada suara, lho.

Berbeda dengan berbicara dengan suara tenang. Suasana yang tercipta antara komunikan dan komunikator juga lebih banyak kea rah suasana positif. Lawan bicara akan mudah merespon dan memberi umpan balik terhadap apa yang ingin disampaikan.

(9). Validasi Perasaan

Jika lawan bicara Teman Belajar sedang berbagi cerita sedih atau tidak menyenangkan, dengarkan dia sampai selesai. Jangan memotong atau membandingkan kisahnya dengan kisah kita. Akui perasaan lawan bicara untuk menunjukkan bahwa Teman Belajar peduli.

(10). Lakukan Evaluasi Komunikasi

Bertanya, “apa yang aku sampaikan dapat dimengerti?” atau “ada yang ingin kamu tanyakan?” merupakan bagian dapri pertanyaan evaluasi. Penjelasan yang diberikan oleh lawan bicara menjadi bentuk dari hasil evaluasi kita.

Sebaiknya hindari pertanyaan, “ngerti nggak?” atau “ngerti, kan?” selama proses berbicara berlangsung. Selain merusak paragraf yang disampaikan secara lisan dan mengacaukan fokus si pembicara, kata-kata ini juga tidak menunjukkan etika komunikasi yang baik. Kita seperti merendahkan kemampuan menangkap atau mendengarkan si pendengar.

(11). Berikan Feedback Positif

Bagaimana kalau seseorang menyampaikan kejujuran pada Teman Belajar? Pasti berat sekali menerima kejujuran yang disampaikan itu, bukan? Apalagi yang menyampaikannya. Dia butuh usaha maksimal untuk berkata jujur. Jika itu terjadi pada Teman Belajar, coba berikan feedback positif atas usahanya. Jangan sampai sikap yang Teman Belajar tunjukkan justru menjadi miskomunikasi.

Ketika dia selesai bicara, coba katakana kalimat ini, “aku menghargai kamu sudah mau berbicara tentang ini.” Sudah. Cukup. Jangan dilanjutkan lagi uneg-uneg yang mengganggu dalam pikiran Teman Belajar. Jika disampaikan, khawatir akan menimbulkan masalah baru.

(12). Gunakan Humor Untuk Meredakan Ketegangan

Humor yang tepat bisa membantu mencairkan suasana tegang. Namun, hindari bercanda jika situasinya terlalu sensitif. Sedekat apapun Teman Belajar dengan orang yang sedang berkonflik, jangan sekali-kali melemparkan guyonan yang bisa memperkeruh suasana.

Kita tidak pernah tahu serapuh apa hati si lawan bicara saat sedang berbicara. Jangan sampai situasinya malah memperkeruh suasana hati atau bahkan merenggangkan hubungan pertemanan karena salah guyon.

(13). Konsistensi Dalam Komunikasi

Sedekat apapun Teman Belajar dengan seseorang, apabila komunikasi sudah tidak konsisten atau jarang akan menimbulkan miskomunikasi. Waktu dan lingkungan akan mengubah orang di sekeliling Teman Belajar. Berkomunikasi secara teratur dapat mencegah miskomunikasi.

Bangun kebiasaan mendiskusikan hal kecil sebelum menjadi hal besar. Rutin berkomunikasi salah satu kunci dalam membangun konsistensi dalam komunikasi. Meskipun yang dibahas hal receh.

(14). Evaluasi dan Belajar dari Pengalaman

Jika sudah pernah terjadi miskomunikasi, evaluasi kembali apa yang menjadi masalah. Diskusikan apa yang salah sehingga tahu apa yang bisa dihindari di masa depan. Belajar dari pengalaman.

(15). Pertimbangkan Konseling Jika Diperlukan

Jika miskomunikasi sering terjadi dan sulit diatasi, berarti sebagai komunikan juga memiliki masalah komunikasi. Pertimbangkan konseling jika diperlukan untuk mencari tahu apa yang menjadi masalah Teman Belajar. Mencari bantuan professional bukan aib, kok.

Kesimpulan

Miskomunikasi bisa terjadi kepada siapa saja. Sebelum miskomunikasi terjadi atau berlarut sampai menimbulkan masalah baru, sebaiknya pahami apa yang menjadi akar masalah dalam komunikasi. Memahami pesan dalam komunikasi itu gampang, kok. Paling sulit itu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.


Posting Komentar