“Seru
banget, Kak. Bisa jalan-jalan gratis. Jangan lupa ke Bali, ya. Kan nggak jauh,
tuh. Cuma dua jam udah beda pulau aja. Murah lagi,” kata teman saya saat
mendengar kisah kesah Oktober 2024. Dia nggak tahu cerita nombok Lombok saya
nggak banget.
Dia
Bahagia sekali saat mendengar akhirnya triplist ke Lombok
tercoret. Padahal itu sudah diinginkan sejak tahun 2016, lho. Dia juga senang
banget saat saya katakan ini perjalanan dinas luar ini saya punya banyak bahan cerita
untuk healing. Namun tetap saja dia masih kesal, karena saya
nggak nyebrang ke Bali.
“Kak,
pernah dengar quote ini nggak, sih? Don’t die before you see Bali.
Itu kan artinya penting banget. Indah banget. Harus banget untuk datang ke
Bali. Apalagi udah di Lombok, lho, Kak. Lombok!” paparnya masih dengan nada
takjub, kesal, dan memprovokasi.
Saya
memungkas cepat sebelum lupa, “bagaimana kalau akhirnya yang dapat kalimat ini,
if you die in Bali, don’t expect to get back in time.”
Dia
terdiam. Dalam hati membenarkan kalimat ini. Bagi orang Aceh, meninggal di
tanah endatu adalah harapan. Dilaksanakan fardhu kifayah dengan
sempurna, sempat bertemu dengan orang-orang terdekat, bahkan dikubur di tanah
kelahiran sendiri.
Lantas
saya bercerita padanya tentang Lombok yang bikin nombok.
[Photo: Pexels] |
Nombok di Awal
Namanya
juga perjalanan dinas, tentu saja ada hal-hal yang harus diselesaikan sendiri
terlebih dahulu sebelum diselesaikan negara. Artinya, kita harus bersiap untuk
nombok di awal sebelum berangkat. Bersyukur kalau punya simpanan untuk nombok
di awal. Sudah kebayang, kan, kalau nggak ada?
Bagi
yang jam terbang perjalanan dinasnya sudah tinggi, hal seperti ini mungkin
bukan lagi masalah. Mereka sudah tahu bagaimana strategi agar nggak nombok di
awal. Apalagi kalau punya relasi agen tiket, bestie dengan bagian
keuangan dan umum, atau punya tabungan
gendut. Hal begini terlalu receh untuk dipikirkan. Setiap mendapatkan
perintah perjalanan dinas, dia tinggal packing saja untuk perjadin.
Lalu berangkat.
Nombok Tiket Bikin Nangis
Percaya
nggak percaya, perjalanan dinas beda banget dengan traveling biasa.
Bukan karena tugasnya, tapi persiapannya. Meskipun sudah packing,
terkadang untuk akomodasinya belum bisa dipastikan anggaran karena harus menunggu
Surat Perjalanan Dinas (SPD) turun.
SPD
bisa turun tepat waktu, bisa jadi baru turun beberapa jam sebelum berangkat.
Untung kalau mepet waktu itu tiket masih murah, kalau melejit tinggi bukannya
bikin nangis, ya? Bagaimana pun bagi yang tabungannya setipis tisu dibelah
tujuh, usaha mencari pinjaman atau membatalkan keberangkatan adalah solusi
terbaik.
Perjadin
saya ke Lombok lumayan juga. Nombok tiket bikin nangis banget karena pesan H-1
keberangkatan. Itupun sudah dapat potongan harga Rp 2,5 juta untuk maskapai
Garuda Indonesia karena syarat tertentu. Total tiket yang saya bayarkan waktu
itu dari penerbangan Banda Aceh ke Lombok sebesar Rp 8,5 juta. Ini angka sangat
besar bagi saya.
Saat
mentransfer uang dan mendapatkan e-ticket, saya masih berkhayal kalau itu
adalah nota pembayaran gadget impian untuk pembelian daring. Ah, segitu
nggak relanya lepas banyak uang untuk sesuatu yang nggak bisa dimiliki dalam
bentuk besar dan milik sendiri.
Gaji Sebulan Lenyap dalam Sekejap
Begitu
tiba di hotel, banyak hal yang harus dilakukan. Pembayaran ini dan itu untuk
kegiatan acaranya. Gaji sebulan lenyap dalam sekejap seperti mimpi. Belum lagi
para panitia nggak pakai bank sejuta ummat di Aceh. Tranfer via BI Fast
pun nggak berlaku. Potongan biaya admin sampai Rp 13 ribu nyata adanya.
Sebagai
orang yang tidak mau mengeluh dan sudah meniatkan perjalanan dinas ini sebagai healing.
Saya sudah ikhlas dengan anggaran yang harus dikeluarkan dalam waktu
singkat. Ludes, tapi insyaallah akan berganti.
Pastikan untuk mencari tahu tujuan sebelum menghabiskan gaji. [Photo: Pexels] |
Full
Board, tapi Nombok
Seperti
kebanyakan yang disarankan oleh para perjadiners, saya juga melakukan
pengecekan apa saja yang ditanggung untuk keberangkatan. Tanyakan ketersediaan
dana, berapa yang ditanggung, apa saja yang ditanggung. Pastikan tidak ada yang
kelewatan. Jangan lupa, persiapkan diri jika janji tidak sesuai harapan.
Itu
pula yang saya alami. Katanya full board, tapi nombok. Nggak tanggung,
lho. Saya nombok sebesar Rp 1,9 juta. Namun karena batin saya sudah siap dan
perjadin bukan untuk cari untung, saya tidak memperpanjang lagi seperti saran
kebanyakan orang.
Hitung Sebelum Buntung
Sangat
penting untuk membuat perhitungan sebelum mengeluarkan uang. Biaya hidup di
Lombok lumayan mahal dibandingkan dengan kota di Pulau Jawa. Aceh bahkan sedikit
lebih murah. Mungkin karena faktor pulau wisata, jadi segala hal kalkulasinya
agak nyerempet ke dolar.
Pastikan
ada teman yang bisa mengontrol gaya hidup yang mendadak jadi pengen pesta pora
sampai di Lombok. Ikut trip ini dan itu. Apalagi mudah kasihan dengan pedagang
souvenir. Tetap hitung sebelum buntung. Termasuk anggaran yang dibayar untuk
hotel, transportasi, dan makan.
Pastikan Uang Saku
Sebelum
mengajukan laporan, pastikan dulu uang saku yang akan dibayarkan. Apakah dibayar
perdiem atau full board. Di
instansi saya, uang saku untuk perjadin di Lombok itu dibayar Rp 440 ribu. Sedangkan
kalau mengambil paket full board, cuma dibayar seratusan sekian ribu.
Saya
bingung berapa yang harus dibayar. Jadi, saya katakan yang mana saja asal balik
modal. Ternyata saya salah pilihan, Teman Belajar. Saya baru balik modal itu
kalau ambil yang uang saku harian tapi nggak dibayar full board. Saat transferan
sudah masuk ke rekening, saya baru menyesal tidak pastikan uang saku sebaik
mungkin.
Selesaikan Laporan Secepatnya
Penting
banget untuk selesaikan laporan secepatnya, Teman Belajar. Bagaimanapun sistem
pencairan itu ada prosesnya. Laporan masuk, diverifikasi, dihitung, dan dibuat
telaahnya, tanda tangan kuitansi, dan transfer. Perlu diingat, kita bukan
satu-satunya yang perjadin dalam waktu dekat.
Pastikan
kalau laporan masuk satu hari setelah kembali masuk kerja. Agar proses cepat
dan tidak merepotkan bagian keuangan juga. Setelah laporan selesai, kita pun
bisa tidur dengan nyenyak.
Jangan Membandingkan dengan Instansi Lain
Sepertinya memang agak sulit diterapkan. Suka membuat pperbandingan sudah menjadi sifat alamiah manusia. Namun saat sudah menerima transferan nombok itu. Perlu sekali untuk diingat agar jangan membandingkan dengan instansi lain. Faktanya pasti akan membuat sakit hati.
5+ Tips Nggak Nombok di Lombok
Memang
bisa? Bisa banget, sih. Apalagi kalau melakukan perjalanan pribadi, bukan
perjalanan dinas. Khusus untuk perjalanan dinas, pastikan saja hal-hal berikut
dapat diterapkan agar nggak nombok di Lombok.
Survei di Awal
Informasi
dasar tentang Lombok berada di provinsi Nusa Tenggara Barat dan bersebelahan
dengan Bali sudah biasa. Ini informasi dasar banget yang mudah ditemukan di
Google. Namun melakukan survei pada pengalaman orang lain justru lebih penting
dibandingkan dengan informasi dari Google.
Tanyakan
bagaimana sistem pengeluaran di Lombok pada orang yang sudah pernah ke sana. Khususnya
buat yang pernah perjadin ke sana. Mulai dari harga hotel, akses transportasi
lokal, tempat makan, sampai fasilitas publik yang bisa didapat. Survei di awal
ini sangat penting sekali untuk mengatur anggaran agar nggak nombok di Lombok.
Cari Kawan Seperjalanan
Punya
agenda yang sama dengan teman di instansi lain? Cari kawan seperjalanan yang
pas untuk berbagi. Misalnya saja jika ada harga hotel yang harus dibayar di
awal dan belum masuk tanggungan panitia. Punya kawan seperjalanan juga bisa
berbagi dalam banyak hal, apalagi teman yang sangat pengalaman dalam perjalanan
dinas.
Minta Panitia Carikan Teman
Jika
nggak ada kawan seperjalanan yang ikut dalam perjalanan dinas yang sama, minta panitia
untuk mencarikan teman sekamar. Jika beruntung, bisa jadi dari awal kegiatan
sampai akhir justru tidak ada teman dan fasilitas yang harus dibayar penuh
tetap bisa dinikmati dengan setengah harga.
Berbagi kamar hotel bisa meringankan nombok anggaran pribadi saat perjalanan. [Photo: Pexels] |
Atur Skala Prioritas Kebutuhan
Atur
skala prioritas kebutuhan saat melakukan perjalanan ke Lombok. Sebisa mungkin
untuk membawa kebutuhan pribadi dari kota sendiri. Bisa jadi harganya lebih
murah. Saat kita butuh sesuatu dan harus keluar mencarikannya, ada kalanya
godaan benda lain jadi terlihat penting. Padahal nggak butuh.
Jangan Tergoda Harga Murah
Harga
murah memang selalu menggoda, tapi jangan tergoda harga murah. Terutama saat berbelanja
souvenir. Kalau sudah terlanjur membeli, jangan lagi tergoda jika melihat harga
yang lebih murah. Saat di depan mata banyak harga murah, tentunya kita akan
membeli dengan jumlah banyak dan lupa bahwa yang kita keluarkan justru lebih
mahal.
Kontrol Perut
Bagi
pecinta wisata kuliner, menncoba menu baru dari suatu tempat boleh banget. Namun
kalau bukan orang yang mudah menerima menu baru, nggak usah menncoba untuk
makan menu yang diluar kebiasaan. Di lidah saya, menu di Lombok pedas, tapi
kurang berasa jika dibandingkan dengan Aceh yang kaya rempah dan gurih.
Tahan
diri untuk tidak penasaran dengan rasanya. Kalau tidak sesuai dengan ekspektasi
bisa rugi. Maklumlah, di Lombok harga makanan juga lumayan mengguncang isi
dompet. Bahkan di beberapa tempat air hangat yang kita minta juga berbayar antara
Rp 2 ribu hingga Rp 5 ribu pergelas.
Pilih Transaksi Pembayaran
Nah,
ini yang paling penting dan biasanya bikin nombok saat melakukan pembayaran. Pilih
pembayaran yang akan kita lakukan saat melakukan pembayaran. Sebisa mungkin
hindari melakukan pembayaran dengan transaksi digital. Sediakan uang kas
agar pengeluaran lebih terkontrol.
Nikmati Lombok Tanpa Nombok
Tips di atas hanya berlaku untuk yang ingin
berhemat selama perjalanan dinas. Bagi yang memanfaatkan healing sambil
perjalanan dinas, abaikan saja tips tersebut. Bagaimanapun perjalanan penuh
perhitungan untuk sesuatu yang harusnya kita nikmati juga membuat tidak nyaman.
Anggap saja kita sudah mendapatkan tiket gratis dan penginapa gratis. Sisanya,
kita membayar untuk pengalaman hidup.
Perjalanan dinas dengan konsep yang dibuat enjoy and happy justru apa yang kita keluarkan nggak terasa nombok. Nombok di Lombok itu seperti membeli barang incaran sejak lama, tapi saat sudah punya uang untuk memilikinya justru harganya naik. So, nikmati Lombok tanpa nombok!
By
the way, untuk para working mom. Ada yang
lebih penting dipikirkan dari sekedar nombok di Lombok. Alihkan perjalanan
dinas sebagai bagian dari me time. Jadi, selesaikan dulu urusan drama dengan anak agar perjalanan dinas juga tenang.
*
Artikel ini adalah bagian dari latihan Komunitas LFI supported by BRI
Posting Komentar