Pernahkah mendengar kalimat writing for healing, Teman Belajar? Belakangan kalimat ini juga banyak dijadikan oleh banyak orang sebagai slogan hidup. Terutama bagi pecinta dunia tulis menulis. Termasuk saya. Ternyata kalimat writing for healing ada benarnya. Menulis kelola stress dengan baik dan teruji ampuh.
Saya menyukai menulis
sejak usia Sekolah Dasar. Ntah karena memang suka dari hati ataupun karena
bakat yang diwariskan. Maklumlah, dari seluruh anggota keluarga saya, sebagian
besar dari kami menyukai menulis lebih seperti suka makan nasi. Sudah menjadi
bagian hidup bahkan profesi.
[Photo: Pexels] |
Dunia Kaum Introvert
Sudah bukan rahasia kalau
menulis digolongkan untuk hobi kaum introvert. Dunia kaum introvert seolah
berada di dunia lain, yaitu dunia aksara. Padahal tidak semua kaum introvert
suka menulis dan tidak semua orang yang diklaim ektrovert nggak suka menulis. Menulis
itu sebuah keahlian, bisa dimiliki siapa saja dan oleh siapa saja.
Menjadi penulis kerap dikait-kaitkan
dengan profesi yang cocok untuk kaum introvert. Katanya karena pekerjaan ini
nggak harus berinteraksi dengan orang banyak dalam durasi yang lama, sehingga
kaum introvert bisa merasakan kenyamanan. Menulis juga membutuhkan waktu untuk
berpikir dan merenung sebelum eksekusi dalam ratusan kata. Tahapan ini juga
umum dilakukan oleh kaum introvert saat bekerja.
Dunia kaum introvert
tidak hanya dibatasi dengan kesendirian di mata banyak orang. Jim Gray, pelatih
kinerja di Agent Advice seperti dilansir oleh Kompas mengatakan menulis
pekerjaan yang soliter. Cocok dilakukan oleh orang dengan kepribadian introvert
karena lebih banyak fokus pada pekerjaan dan berpikir.
Mengelola Stress dengan Menulis
Nah, bagaimana kalau kita
sudah bekerja di bidang lain dan rentan menghadapi stress? Ternyata pekerjaan
apapun yang rentan stress bisa menjadi pelarian untuk mengelola stres dengan
menulis. Menulis dapat membuat pikiran lebih rileks, apalagi jika dilakukan
sebelum tidur. Tentu saja, menulis untuk mengelola stress bukan semata-mata
menjadi profesi utama yang justru meningkatkan stress, ya, Teman Belajar. Lantas,
bagaimana mengelola stress dengan menulis?
[Photo: Pexels] |
[1] Mulakan dengan Menulis Diary
Michael J. Brush, seorang
psikolog yang fokus menangani masalah tidur sepakat kalau megelola stress dapat
dilakukan dengan menulis. Salah satu caranya dengan menulis diary sebelum
tidur.
Bagi yang baru mulai
menulis, mulakan dengan menulis diary sebelum tidur untuk membiasakan menulis. Aktivitas
menulis diary sebelum tidur terpercaya meringankan beban pikiran. Karena
sebelum tidur, kepala penuh dan harus dikeluarkan beban pikirannya. Salah satunya
dengan menulis.
[2] From Diary To Be Story
Kalau di kalangan anak
90an pernah trend menulis dengan diary berkunci, di era digital sudah ada diary
online dengan berbagai jenis bentuknya. Salah satunya dengan memilih platform menulis untuk menuangkan isi
pikiran. Untuk menjaga kerahasiaan, bisa menulis curhatan dalam bentuk cerita. Istilah
kerennya from diary to be story. Seperti
yang banyak dilakukan oleh kebanyakan penulis belakangan ini.
Menulis diary dan
dijadikan cerita efektif menjaga keamanan, lho. Jarang pembaca yang peka kalau
itu adalah kisah nyata si penulisnya sendiri. Banyak juga buku yang diadaptasi
menjadi film karena berasal dari kisah pribadi si penulisnya. Sebut saja yang
sempat trend belakangan seperti Ipar
Adalah Maut, Layangan Putus, Catatan Hati Seorang Istri, dan lain-lain. Siapa
tahu, Tema Belajar adalah salah satu yang curhatannya diangkat menjadi film.
[3] Alami, Riset, Tuliskan
Tidak suka menulis
cerita? Menulis artikel lain juga ampuh kelola stress dengan baik, kok. Ada banyak
genre tulisan yang bisa dieksplor untuk mengamankan pikiran dari stress
pekerjaan. Apalagi jika itu terkait dengan dunia pekerjaan yang Teman Belajar
geluti.
Kunci dalam menulis
kelola stress dengan baik adalah alami, riset, tuliskan. Tulis apa yang sedang
dialami dalam bekerja. Sembari menyelesaikan masalah atau mencari jalan keluar,
lakukan riset sederhana. Kemudian tuliskan apa yang Teman Belajar alami. Ampuh!
Menulis kelola stress dengan baik saat tekanan kerja sedang tidak dalam situasi
yang menguntungkan.
[4] Sharing for Caring!
Jika merasa relate dengan kondisi pekerjaan dengan
orang lain, sekaligus memberi referensi untuk para pembaca. Tidak ada salahnya
membagikan pengalaman yang Teman Belajar tulis dalam bentuk artikel kepada
publik. Sharing for caring ini nyata
bentuknya, lho.
Kita tidak pernah tahu
siapa di antara pembaca yang mengalami nasib yang sama dengan Teman Belajar. Siapa
tahu artikel yang dibagikan itu sangat bermanfaat untuk penyelesaian
masalahnya. Meskipun cuma sekedar cerita yang menghibur.
[5] Self Love, Karena Kita Juga Berharga
Menulis untuk mengelola stress dari pekerjaan salah satu bentuk self
love juga, lho. Ini salah satu cara Teman Belajar menghargai diri sendiri.
Kita membebaskan diri dari pikiran yang awut-awutan dan nggak terkendali karena
berbagai tekanan dalam pekerjaan. Menulis membuat Teman Belajar bebas dan
merasakan sensasi plong.
[6] Menulis Sejarah Hidup
Jika tidak mau langsung
dibaca oleh orang lain, boleh banget kalau Teman Belajar menyimpan tulisan
diary ini sampai banyak. Ketika sudah mencapai puluhan ribu kata dan layak
dijadikan buku, terbitkan saja menjadi buku untuk dibaca oleh publik.
Presiden BJ. Habibie juga
membuktikan menulis menjadi terapi hidupnya saat kehilangan istri tercinta. Terbukti,
buku Habibie & Ainun bukan saja
mendulang sukses, tapi diadaptasi dalam film yang membuat para penonton baper.
[7] Bukukan!
Bukukan! Ya, bukukan semua
tulisan yang selama ini berseliweran di berbagai media. Siapa tahu curhatan
soal dunia pekerjaan menjadi karya besar yang membuka wacana pembaca dan
menjadi referensi dalam hidup mereka. Beberapa curhatan tentang dunia kerja
juga banyak dibukukan dan lumayan menghibur seperti buku berjudul Jungkir Balik Dunia Bankir.
Buku Jungkir Balik Dunia Bankir bukan saja menghibur dengan gaya tutur
kocaknya. Buku ini juga memberi gambaran bahwa menjadi bankir nggak seenak yang
dipikirkan oleh orang-orang. Ternyata salah paraf di struk penarikan saja bisa
membuat masalah besar.
Bukukan dunia kerja Teman
Belajar dengan mulai mencicil curhatan dari hari ke hari. Terutama saat stress
dengan situasi di kantor, menulis mampu kelola stress dengan baik dan juga
bercuan.
Dari Stress Jadi Cuan
Lho, kok bercuan? Iya,
bercuan banget jika Teman Belajar tahu bagaimana caranya kelola stress dengan
baik dengan menulis. Ada banyak pekerjaan yang membutuhkan keahlian menulis
untuk dibayar. Teman Belajar bisa mengelola stress sambil menjadikannya
pekerjaan tambahan.
[Photo: Pexels] |
[1] Content Writer
Menjadi content writer untuk semua bidang atau
bidang tertentu saja. Akan lebih baik fokus pada bidang pekerjaan yang
digeluti. Selain sudut pandang dan pengalaman dalam bidang pekerjaan tersebut
lebih pro, menulis dengan bidang yang dikuasai dengan baik tidak akan menambah
beban stress baru.
[2] Novelis
Kalau ini, sih, bisa
dikawinkan dengan berbagai macam genre, ya. Teman Belajar bisa menjadi novelis
dengan mengaitkan pekerjaan yang dilakukan dengan kehidupan di dunia kerja itu
sendiri. Malah pekerjaan yang digambarkan dalam novel akan lebih maksimal,
bukan sekedar tempelan saja. Sebutlah salah satu novel yang romance yang ditulis oleh dokter dan
mengangkat dunia kedoteran dan hukum berjudul The Case We Met. Manis dan detil banget, kan. Meski yang dibahas
hanya sedikit, tapi benar-benar totalitas.
[4] Blogger
Menjadi blogger salah
satu cara mengelola stress dari dunia pekerjaan yang cukup ampuh, Teman
Belajar. Kita menulis, posting, dan bagikan. Tulisan akan dibagikan kepada
pembaca dan bisa jadi langsung mendapatkan umpan balik dari pembaca.
Menjadi blogger juga bisa
menghasilkan cuan jika dilakukan dengan cara profesional. Tahapannya mungkin
sedikit agak panjang. Salah satunya dengan belajar optimasi SEO dan bergabung
dengan komunitas untuk menjaga konsistensi menulis lebih kuat.
Jadi, kata siapa menulis
untuk kelola stress dengan baik itu nggak ampuh? Ampuh banget, lho. Yuk, mulai
menulis perlahan untuk mengelola stress dengan baik. Rasakan perubahannya dalam
waktu singkat.
Posting Komentar