Blogger Perempuan

5 Big Why: Status GoBlog

 Status goblog?

Aduh! Apaan, nih? Eit, jangan emosi dulu bagi yang doyan update status. Ini soal saya dan dunia blog yang memang agak beyond your imagination. Tanpa maksud menyindir siapapun yang doyan update status, kok.

Well, setiap orang punya alasan doyan menulis status, termasuk saya. Setiap orang yang punya berbagai alasan untuk memilih nulis di blog, termasuk saya. Jadi, kalau ada pertanyaan kenapa, sih, nulis di blog? Mending nulis buku aja kan dapat cuan.


[Photo: Pexels]


Maaf-maaf, nih. Mungkin yang ngomong jalannya kurang jauh. Kurang jalan-jalan ke lapak para blogger. Ngeblog juga bisa bercuan, kok. Artinya yang menulis blog juga bukan orang-orang g*b*k, tapi orang yang tahu artinya go blog itu apa dan tujuannya untuk apa.

Setahun terakhir banyak teman-teman daring yang bertanya bagaimana caranya ngeblog dan berapa yang saya hasilkan dari ngeblog. Duh, padahal saya masih amatiran, lho. Sebelumnya, saya memang punya tiga alasan besar untuk menjawab big why alasan ngeblog. Setelah memutuskan bergabung dengan komunitas One Day One Post (ODOP), alasan saya ngeblog bertambah dua lagi.

1.   Writing For Healing

Bagi teman-teman yang sudah mengenal saya lebih lama, tentu paham benar kalau tujuan saya menulis itu buat healing. Kalau orang-orang healing-nya ke luar negeri, jejalan ke luar kota, staycation, atau apa sajalah yang menghabiskan uang setelah dicari, saya agak beda. Healing saya menulis. Menulis apa saja.

Bagi saya, menulis adalah terapi agar hidup tetap baik-baik saja. Meskipun real life­-nya nggak baik-baik saja. Di tulisan saya akan menulis dan menunjukkan kalau apa yang terjadi akan tetap berakhir baik. Plus lagi, menulis itu benar-benar sebagai lapak ngehalu dan mempengaruhi orang lain untuk percaya bahkan mempercayai kita.

Saya sadar banget kalau orang akan lebih percaya apa yang kita tulis daripada yang kita ucapkan. Maka untuk mempengaruhi orang lain, saya lebih memilih melampiaskannya dengan menuliskan di blog. Apakah efektif? Sepertinya iya, karena bagi yang membaca, mereka akan mengingat meskipun tidak pernah berkomentar sama sekali.

2.   Update Status Lebih Panjang

Saya doyan banget update status panjang. Kata teman, di status saya nulis laporan hidup, bukan kesimpulan hidup. Bos saya dulu pernah bilang, “baca status kamu di Facebook, aku jadi tahu apa yang kamu lakukan setiap hari. Asyik banget, aku jadi berasa masuk dalam hidup kamu.”

Senang, dong, mendapat komentar begitu. Namun ada satu penderitaan yang saya alami. Saya setengah mati memikirkan kalimat efektif demi mencukupi jumlah karakter yang dibatasi di Instagram, Facebook, Twitter (sekarang X), WeChat, atau Whatapp. Seriously, itu nyiksa banget buat yang suka nulis status panjang seperti saya. Lantas saya berpikir untuk menulis di blog.

Di sini saya bisa menulis panjang tanpa memikirkan kalimat efektif yang saya gunakan yang dihalangi jumlah karakter. Saya bisa menulis kapan saja tanpa berpikir akan terputus atau suasana hati saya berubah karena keranjingan update status.

3.   Dokumentasi Tulisan

Nah, pernah juga ada yang bertanya, “kakak blogger lama, ya?”

Aduduh! Ini pertanyaan berat banget untuk dijawab. Iya, saya memang udah lama ngeblog, tapi bukan blogger. Dulunya saya buat blog gratisan di blogger atau blogspot murni karena tujuan lain. Nggak ngerti tuh saya soal blogger dan segala pernak perniknya.

Waktu kuliah dulu, saya gabung di persma. Semua tulisan masih terbit sistem cetak. Selain mengoleksi majalah cetak yang makan tempat, saya juga menyimpan tulisan saya sendiri di blog yang saya beri nama Sakura Dream Box. Isinya memang tulisan-tulisan bersifat jurnalistik yang merupakan liputan saya yang sudah dipublikasikan. Baik itu jenis straight news, soft news, features, dan lain-lain.

Semua tulisan saya posting di blog tanpa katagori, tanpa halaman, tanpa pemilahan. Saya nggak ngerti dan nggak ada yang ngasih tahu saya. Apalagi ngajarin. Saya bahkan nggak tahu kalau blogging itu ada ilmunya juga. Waktu itu saya Cuma tahu kalau ngeblog bisa menghasilkan uang dan blog udah Top Level Domain (TLD) termasuk keren.

4.   Go-Blog Profesional

Usaha saya untuk punya domain sendiri nggak main-main. Saya menjual semua koleksi tas dengan harga obral sampai mencapai nilai maksimal buat beli domain dan disetting siap pakai. Waktu itu harganya lumayan, lho. Setelah punya blog TLD pertama saya, rasanya saya keren banget. Sayangnya nggak punya ilmu dan nggak tahu cara menjadi blogger profesional.

Sudah go blog artinya jangan nanggung. Harus jadi profesional kan, ya? Saya nggak ambis, hanya ingin menjadi profesional saja. Status-status yang go-blog itu nggak lantas cuma jadi status goblok dengan jangkauan hitungan sebelah tangan. Itu saja.

5.   Next: Digital Journalism

 Ada hal yang paling besar dan sangat menginspirasi saya selama ini. Saya jatuh cinta berulang kali dan semakin dalam pada dunia jurnalistik. Semakin lama semakin dalam mendekati obsesi. Lalu saya mengenal dunia jurnalisme digital. Istilah asing digital journalism menjadi sesuatu yang baru sekaligus yang lama untuk saya. Saat belajar di bangku S2 dulu, saya bertemu dengan profesor muda lulusan Digital Journalism. Beliau cerdas dan sangat menginspirasi.

Beliau menginspirasi saya untuk mempelajari digital journalism lebih jauh. Jika beliau mendidikasikan hidupnya sebagai mahasiswa doktoral yang mengkaji YouTube, saya rasa tak salah jika mendedikasikan diri meneliti tentang blog. Nanti, setelah saya diterima sebagai mahasiswa doktoral. Aminkan, ya, teman belajar!

Itulah lima big why saya dalam ngeblog. Bukan sekedar ngeblog, tapi saya ingin semua yang saya lihat di sekitar menjadi go blog dan menginspirasi banyak orang dengan tulisan-tulisan saya. Tentu saja, bukan sekedar tulisan numpang arsip di blog, tapi tulisan pro yang bisa dinikmati oleh semua kalangan.

4 komentar

  1. Cakep, tapi semakin berjalan waktu selalu bertambah alasan akan sesuatu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Namanya manusia yang masih hidup, ya. Pasti ada saja keinginan setiap harinya. Hahaha

      Hapus
  2. Dramatis, Kak, sampai ada part jualin koleksi tas. Sayang, waktu itu kita belum kenal, jadi aku nggak ikutan flash sale, hhe.

    Ah, Kak Ulfa memang keren. Sepertinya nulisnya nggak berhenti-henti. Aku aminkan, ya, semoga Kak Ulfa bisa segera melanjutkan pendidikan lagi. Aamiin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kak Monica juga keren. Fokus dan bertujuan. Terima kasih doa baiknya, Kak.

      Hapus