Setiap melihat teman membagikan informasi tantangan menulis di media sosial, tangan saya pasti gatal untuk ngeklik. Bukan cuma ngeklik, saya akan ikut mendaftarkan tantangan menulis tersebut. Meskipun sering kali tantangannya berakhir gagal karena tidak bisa konsisten menulis setiap hari. Alasannya beragam, mulai dari perkara waktu sampai perkara jaringan internet.
Jangan
tanya soal bagaimana saya membuat perencanaan menulis agar konsisten dan
tercapai. Saya punya satu buku khusus ngeblog yang isinya adalah outline untuk postingan di blog.
Semuanya ada. Bahkan sudah di luar kepala. Setiap mendaftarkan challenge ini itu pun saya langsung
membuat outline dari tema yang
diberikan oleh PJ Event.
[Photo: Pexels] |
Tetap
saja misi sering gagal. Jadi, ketika saya mengikuti tantangan dan misi berhasil
terselesaikan ini sangat luar biasa untuk saya. Begh! Senangnya jangan diadu.
Bahagia sekali meskipun tidak menang. Poinnya bukan terpilih sebagai pemenang
oleh penyelenggara, tapi saya menang melawan semua keterbatasan diri sendiri untuk
menyelesaikan mission impossible ini.
Selama
mengikuti Blogspedia 15 Days Blogging
Challenge, bukan berarti hidup saya aman-aman saja. Banyak suka duka yang
saya lewati demi posting artikel dan setor challenge
di Gforms. Saya sangat ngos-ngosan dengan jadwal mengajar yang tidak
teratur, tugas review yang menumpuk, perjalanan antar jemput anak ke day care, belum lagi saya merasa waktu
berjalan sangat singkat akhir-akhir ini.
Saat
mendaftar ikutan Blogspedia 15 Days
Blogging Challenge saya juga sempat pesimis kepada diri sendiri. Bukan untuk
diri sendiri saja, termasuk ketika ngetag blogger lain untuk ikutan. Duh,
mereka respon nggak, sih? Begitu. Ternyata tagging
saya direspon dengan like dan ada
pula yang langsung ikutan. Wah, senang sekali rasanya. Apalagi yang saya tag
itu adalah para blogger yang memang
sangat menginpirasi.
Selama
tantangan saya banyak berkomunikasi dengan Liza Fathia, salah satu blogger dari
Aceh juga yang berprofesi sebagai dokter. Liza banyak berbagi tentang suka duka
sebagai tim Cinderella dan kerempongannya mengurus keluarga dan pekerjaan. Termasuk
tujuannya ikutan tantangan yang lebih kurang sama dengan saya.
Saat
posting tulisan di Gforms, saya justru menemukan nama-nama yang kerap menjadi
pemenang lomba blog. Mereka adaah orang-orang luar biasa yang dapat
menghasilkan dari blog hingga jutaan rupiah, tapi masih mau ikutan tantangan
seperti ini. Di daftar peserta, saya menemukan nama Utamy Ningsih dan Dea
Merina selain Liza Fathia. Ketiga orang ini bisa dibilang orang yang kerap
masuk daftar blogwalking.
Setiap
artikel yang saya tulis selama lima belas hari ini ada drama tersendiri sebagai
behind the scene penulisannya. Ada
yang berurai air mata, deg-degan sampai ngemodal lumayan tinggi demi sebuah
konten di blog.
Hari
Pertama, Glowing Maksimal Dengan Skincare
Under 50K. Begitu melihat pengumuman Blogspedia, kebetulan sekali dua hari
sebelumnya teman saya bertanya tentang skincare
apa yang saya pakai saat ini. termasuk harga, efek yang ditimbulkan, dan
hal-hal lain yang terkait. Kebetulan sekali, daripada saya berkoar-koar kan
lebih baik ditulis dan dibagikan ke publik. Semua orang bisa membaca. Lucunya
ada pula yang berpikir saya menjual kosmetik saat melihat postingan artikel ini
di Instagram. Saya bisa apa?
Hari
kedua, Asam Udeung dan Cecah Terong
Angur, Kuliner Keluarga Yang Tak Mengenal Awal Bulan. Tema menu favorit
keluarga ini cukup menantang imajinasi saya. Pasalnya saya harus mengingat satu
menu yang di antara puluhan menu yang terkenang dari masa kecil. Sampai
akhirnya saya ingat dua menu ini yang membuat saya ngidam berkelanjutan selama
hamil. Fix! Inilah menu favorit keluarga. Pun demikian, ada juga yang
berkomentar berkata bahwa itu tidak lagi murah karena harga udang sekilonya
mencapai Rp 50 ribu yang biasa dijadikan bahan asam udeung dan harga terong belanda mencapai Rp 30 ribu perkilo.
Keduanya memang makanan mewah dalam arti sebenarnya.
Hari
ketiga, Waspada! Kenakalan Remaja Dimulai
Dari Peningkatan Minat Baca. Judulnya terkesan gimmick, sih. Namun isinya benar-benar nyata. Banyak remaja mulai
membaca cerita di platform yang
mendeskripsikan adegan seksual. Kemudian para remaja juga membuat ceritanya
sendiri. Ketika ada pembaca yang berkomentar adegannya terlalu hambar, mereka
mencobanya sendiri sebagai bahan riset. Padahal tindakan ini jelas salah dan
sudah masuk ke ranah kenakalan remaja.
Banyak
yang mengirim DM di Instagram ketika saya memposting artikel ini. Kata mereka,
remaja sekarang memang doyannya cerita berlendir dan nulis sambil
‘ngos-ngosan’. Oh my god! Saya sampai
ngelus dada menahan emosi. Iya, sih, cuannya banyak, tapi kok nggak etis, ya.
Hari
keempat, Inspirasi Meraih Mimpi Dari
Pilot Luzhou Air. Begh! Penggemar Tan Songyun setuju dong kalau dracin ini
bagus? Drama ini sudah lama berada di watchlist
saya, tapi baru bulan ini saya tonton karena ingin membahas dan menulis di
tantangan menulis ini. Saya beneran ikutan belajar dari drama ini.
Hari
kelima, Season Series Ilana Tan, Novel
Indonesia Favorit Paling Memorable. Buku yang memorable karena pertama kali baca novel Indonesia dengan setting luar negeri yang amat terasa
atmosfir negaranya. Bahasanya pun gaya terjemahan yang selama ini saya nikmati.
Ini juga romansa yang begitu memikat. Fix! Saya punya alasan untuk menjelaskan
kenapa saya menyukai Ilana Tan dan karya-karyanya. Meskipun setelahnya deretan
nama lain muncul di to be read otak
saya.
Hari
keenam, Media dan Berita Anak, Memahami
Hukum Terhadap Perlindungan Anak Dari Kaca Mata Orang Awam. Kenapa judulnya
begitu? Karena saya orang awam soal hukum dan saya seorang pegiat media.
Dulunya praktisi, sekarang akademisi di bidang media dan jurnalistik. Jujurly, tema ini lumayan berat untuk
saya eksekusi karena harus banyak melakukan riset dan mencoba menguraikan yang
saya paham dan mudah dipahami. Lantas saya ingat pemberitaan media tentang
kasus-kasus yang terjadi terhadap anak. Kasus perkosaan misalnya, media jarang
merahasiakan detil si korban. Akibatnya justru media menjadi pisau kedua yang
menusuk si anak di lingkungan sosialnya. Di sini, saya mencoba menguraikan ini
dari sudut pandang media dan orang yang awam hukum.
[Photo: Pexels] |
Hari
ketujuh, Rute Beutong-Takengon, Menikmati
Jalur Liburan Favorit Lintas Kabupaten. Banyak yang berkomentar mengatakan
ini bukan rute favorit. Alasannya cukup banyak. Salah satunya medan yang tidak
bersahabat untuk sopir amatir. Di sini saya menjelaskan detil bagaimana rute
ini bisa dinikmati di luar kengerian yang tercipta dari tekongan patah dan
jurangnya.
Hari
kedelapan, Recommended! Menu Makan Siang
Bersama Deburan Ombak. Hari dengan tema tantangan ini kebetulan lagi rapat
di Seulawah.Co. Kebetulan di sini makanannya banyak dan saya hampir mencoba
semua menu. Ternyata memang cocok di lidah. Akhirnya jadilah ini tempat makanan
dengan menu favorit. Ditambah dengan debur ombak, hmm... jangan tanya
nikmatnya.
Hari
kesembilan, Deforestasi Besar-Besaran,
Tukar Tambah Pohon Dengan Hutan Beton. Bisa dikatakan ini artikel saya yang
berkaitan dekat dengan apa yang saya alami sekarang. Saya membeli sebuah rumah
tipe 38 di perumahan. Dulunya di sini hutan sawit dan karet yang diratakan
untuk dijual kapling. Setelahnya dibangun perumahan. Empat tahun tinggal di
sini, berbagai dilema mulai saya rasakan. Mulai air yang mulai keruh dan
sulitnya air bersih sampai penyumbatan sanitasi yang berdampak kerusakan
beberapa tanaman.
Hari
kesepuluh, HP Redmi, Gadget Tempur Untuk
Tetap Konsisten Bikin Konten. Ini tentang ponsel Redmi saya yang selalu
menemani untuk membuat berbagai konten. Mulai dari video, editing, mendengar
musik, sampai memanfaatkan kameranya. Di saat semua menyarankan mengganti denga
iPhone, ntah mengapa kenyamanan saya selalu terikat pada HP buatan Cina ini.
Hari
kesebelas, Labi-Labi, Transpor Lokal
Legend di Aceh Pernah Menjadi Ruang Komunikasi Antar Budaya. Niat awalnya
ingin bercerita tentang komunikasi budaya masyarakat Aceh di labi-labi. Kendaraan
legend yang sekarang sudah tergusur oleh mobil Agya Ayla yang gampang didapat
dengan kredit dan sepeda motor yang menjamur. Ternyata budaya komunikasi di
labi-labi itu memang ada dan kehadiran kendaraan pribadi justru menghilangkan
komunikasi antar budaya itu.
Hari
keduabelas, Waspada! Anak Banyak Makan
Berpotensi Diabetes, Bun. Ibu mana yang tidak galau kalau anaknya GTM, kan?
Ternyata banyak makan juga berbahaya, apalagi kalau BB-nya tidak naik. Akan
tetapi justru masyarakat kita suka mengalihkannya dengan keaktifan si anak.
Padahal belum tentu karena dia aktif. Kita perlu khawatir kalau ini salah satu
gejala diabetes anak.
Hari
ketigabelas, Dilema Pesona Dunia Bawah
Laut dan Sampah Plastik. Pengalaman saya tahun 2008 saat snorkling bertemu
sampai di laut Sabang membekas sampai sekarang. Namun awal tahun 2023 silam,
sepuluh orang penyelam justru mengumpulkan 80 kilogram sampah plastik dari
dasar laut Sabang. What? Pelestarian
bawah laut Sabang mulai mengkhawatirkan sekali, ya.
Hari
keempatbelas, Sustainability dan Cara
Blogger Melakukannya. Tema ini cocok sekali dengan niat saya ingin bergeser
ke pola hidup minimalis. Terutama dalam soal gaya hidup. Membaca pengantar sustainable blogger memang membuat saya
banyak belajar sebelum mulai mempraktekkannya.
Hari kelimabelas, Fatherless, Punya Ayah Rasa Anak Yatim. Tidak disangka bahwa anak saya juga terancam fatherless. Ternyata dampak terhadap tumbuh kembang anak itu besar banget, ya. Tema ini memang membuka mata saya untuk lebih perhatian untuk anak-anak dan merangkul suami untuk lebih peduli kepada anak-anaknya.
Alhamdulillah! Akhirnya misi ngeblog lima belas hari kelar. Saya nggak percaya bisa melakukannya dan see? I did it. Sangat berharap ke depan Blogspedia tetap mengadakan event seperti ini, kemudian memberi apreasi lebih terhadap para blogger yang ikutan. Apresiasinya sederhana saja, misalnya dengan memposting dua artikel setiap hari untuk membuat para blogger semakin semangat. Blogspedia bisa banget untuk memilih blog yang pertama setor dan blog yang paling menarik menurut tim penyelenggara.
Posting Komentar